Rabu, 10 September 2008

jurus cepat menjadi eksekutif

Menjadi eksekutif yang menentukan masa depan perusahaan, boleh jadi
impian banyak orang. Sayangnya, jumlah ?kursi panas? yang tersedia di
ruang eksekutif sangat terbatas, sehingga hanya orang-orang dengan
kriteria tertentu sajalah yang terpilih menjadi manajer eksekutif.

HARUS TAHU KRITERIANYA
Seorang manajer eksekutif, seperti dijelaskan oleh Tuti Indra
Fauziansyah dari Iradat Konsultan, harus memiliki beberapa kriteria dan
kompentensi tersendiri. Misalnya, ia harus memiliki kemampuan memimpin
dan memecahkan masalah yang lebih baik dibandingkan para manajer madya.

Tolok ukur seseorang pantas dinaikkan menjadi manajer eksekutif bukan
terletak pada seberapa sukses ia menjalankan tugasnya (sebagai manajer
madya) sekarang ini. Untuk mendapatkan patokan, seorang manajer madya
sebaiknya mencari informasi sebanyak dan seakurat mungkin tentang
kriteria manajer eksekutif yang diinginkan perusahaan.

Tuti menganjurkan untuk bertanya secara asertif kepada atasan. Hal ini
sama sekali tidak tabu dilakukan, karena pada dasarnya setiap orang
bertanggung jawab untuk mengelola kariernya sendiri.

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS
Bila Anda ingin dengan mulus mempercepat perjalanan ke jenjang
eksekutif, langkah-langkah strategis di bawah ini mungkin bisa dijadikan
panduan.

* Kerjakan tugas dengan senang hati
Seseorang yang mencintai lowongan pekerjaan pasti akan bekerja dengan
senang hati. Ia akan lebih produktif dan hasil pekerjaannya pun
akan lebih baik.

* Berbuat lebih dari yang diharapkan atasan
Buang jauh-jauh kebiasaan mengerjakan tugas sesuai target,. Kini
saatnya membiasakan diri bekerja melebihi yang diharapkan dari Anda.

* Datang paling pagi
Seorang manajer yang sudah bekerja efektif di pagi hari ketika
rekan-kerja yang lain baru datang ke kantor, pasti menarik
perhatian atasan dan seisi kantor.

* Hemat dan cermat menggunakan anggaran
Gunakan dana atau fasilitas secara cermat, hemat, dan jujur sesuai
keperluan.

* Bekerja untuk memperkuat perusahaan
Selaraskan ?irama? kerja dengan ?irama? kerja seluruh kantor lowongan .

* Memahami misi perusahaan
Kesamaan visi-misi Anda dan perusahaan sangat penting, karena
tanpa itu perusahaan akan sulit atau bahkan tidak mungkin mencapai
tujuan yang ditargetkan.

* Jangan pelit pujian
Pujian adalah motivator yang paling ampuh bagi semua orang. Jangan
ragu menceritakan bahwa tugas Anda dapat diselesaikan berkat
bantuan anggota tim.

* Bangga pada sejarah dan budaya perusahaan
Rasa bangga terhadap sejarah dan budaya perusahaan akan membuat
bekerja dengan sangat hati-hati agar tak mencoreng nama baik
perusahaan.

* Bersikap seperti pemilik perusahaan
Anda bisa bekerja lebih bertanggung jawab, efisien, dan tidak
bersikap masa bodoh terhadap masa depan perusahaan, jika
menganggap perusahaan seperti milik sendiri.

* Jangan malu mempromosikan diri
Di era manajemen modern sekarang ini, seorang manajer madya tidak
perlu sungkan untuk mempromosikan dirinya kepada atasan. Tentu
saja, Anda harus menggunakan cara berkomunikasi yang baik,
sehingga atasan tidak merasa sedang dituntut atau digurui.

Gunakan Koneksi Sebagai batu lompatan berkarir

Ketika keinginan untuk pindah kerja sudah tidak tertahankan lagi, Rinta
(27) mendapat tawaran lowongan pekerjaan tak terduga dari sebuah perusahaan HRD besar milik
kerabat ayahnya. Yang menggiurkan, jabatan yang disediakan untuk Rinta
adalah yang selama ini ia impi-impikan: creative director.

Di balik rasa gembira, terselip rasa cemas di benak Rinta. Bagaimana
iika nanti rekan-rekan barunya mengetahui jabatan tersebut didapatkannya
lewat ?jalur khusus?? Ia khawatir tudingan nepotisme akan ditujukan
kepadanya. Selain itu, apakah posisi kariernya akan tetap ?aman? bila
suatu saat ada perubahan susunan board of director (BOD) di perusahaan
tersebut?

LEBIH DIPERCAYA
Sejak reformasi bergulir, nepotisme di dunia kerja sedikit menurun
?popularitasnya?. Menurut Emilia Jacob, konsultan karier EXPERD, kini
banyak perusahaan makin menyadari, lebih baik menerima karyawan
berdasarkan kemampuan si kandidat.

Namun, tak bisa dipungkiri, masih ada sebagian perusahaan yang menjalani
prosedur ?kilat? perekrutan karyawan, alias menggunakan jalur nepotisme.

Kasus nepotisme dalam dunia kerja, tidak semata terjadi pada anak
pemilik perusahaan yang baru lulus dan langsung diterima duduk di
jajaran top manager. Tapi juga pada seseorang yang diterima bekerja
karena ?pengaruh? seseorang yang cukup ?terpandang? di perusahaan tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Keith Ferrazzi, CEO dari Ferrazzi
Greenlight, salah satu biro konsultasi karier di AS, faktor-faktor yang
memengaruhi seseorang bisa cepat melesat ke posisi bergengsi, jika
dihitung dalam persentase, adalah: 48% karena ada jalur koneksi, 26%
karena mengerjakan tugas dengan baik, 18% sebagai anak kesayangan
atasan, dan 6% disebabkan setia pada perusahaan.

KENALI ATMOSFER KERJA
Maka itu, sebelum ?terjebak? dalam dunia yang tampaknya menjanjikan ini,
disarankan Anda mencari tahu seluk-beluk perusahaan yang akan dimasuki.

Posisi Anda pun belum tentu terjamin, jika sebagian besar karyawannya
juga merupakan hasil nepotisme. Siapa tahu Anda diterima karena
merupakan anak dari temannya atasan, dan harus bersaing dengan karyawan
lain, yang ternyata keponakan atasan. Jika profesionalisme kurang
dihargai dalam kultur perusahaan tersebut, melainkan hanya masalah
kekerabatan yang dikedepankan, bisa-bisa merugikan Anda.

Oleh karena itu, sebagai langkah awal, Anda mungkin perlu bertanya
terlebih dahulu mengenai proses penerimaan pegawai di perusaan tersebut.
Selain itu, pelajari juga baik-baik seluruh peraturan perusahaan.

HARUS SIAP HADAPI GOSIP
Bagaimana cara Anda mendapat lowongan pekerjaan, sebaiknya tidakdiceritakan
kepada rekan-rekan kerja baru Anda. Karena, bukan tak menimbulkan
suasana tidak menyenangkan. Dan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan
gosip bahwa Anda bekerja ?hanya? mengandalkan ?katabelece?. Lalu,
bagaimana jika gosip telanjur beredar? Kuncinya, bersikap profesional.
Anda harus menunjukkan performa kerja yang lebih baik dari rekan lain.

Performa kerja yang prima dan dibangun dengan upaya sendiri, akan
membungkam mulut-mulut usil yang mengusik kredibilitas Anda. Karena itu,
tunjukan kepada rekan kerja bahwa Anda diterima bekerja di perusahaan
tersebut, bukan sekadar faktor subjektivitas, melainkan karena dinilai
secara objektif atas performa kerja yang baik.

Selain itu, agar bisik-bisik cepat menghilang, sebaiknya jangan
mengeksklusifkan diri. Bersikaplah low profile, dengan menghargai
pendapat orang lain serta bersikap terbuka jika rekan Anda mengajak
diskusi dan bertukar pendapat.

Jadi, penting sekali untuk menyadari bahwa Anda tak boleh meminta
perlakuan khusus dari atasan. Selain itu, perlihatkan kepada atasan
bahwa Anda tidak mengandalkan hubungan baik demi kelancaran pekerjaan.
Jika Anda menunjukkan prestasi kerja yang baik, niscaya rekan-rekan
kerja pun akan maklum, bila Anda mendapat promosi. Karena, Anda memang
layak mendapatkannya.

Berbicara Secanggih Motivator

Siapa tak ingin bisa dengan penuh percaya diri berbicara di depan umum.
Ide dan pendapat bisa disampaikan dengan lancar dan lu-gas. Tapi, yang
lebih sering, jangankan berbicara lancar seperti seorang presenter. Baru
memegang mike pun keringat dingin sudah mengalir.

GAYA BERBICARA BISA MENUNJANG
Vina (28) kerap dilanda dilemma, sebagai seorang desainer interior, ia
harus mampu mengutarakan ide cemerlang kepada klien. Sayangnya, Vina
bukan orang yang luwes berhadapan dengan orang baru. Nyatanya, Vina tak
sendiri, banyak yang terpaksa mundur karena memiliki problem berbicara
di depan umum. Pemicu mendasar bisa jadi karena kepribadian tergolong
pendiam. Menurut Coreta L. Kapoyos, Instruktur John Robert Powers,
kemampuan berbicara di depan umum (public speaking) sebetulnya merupakan
bentuk seni.

Yuni Lasti, konsultan Experd, menambahkan, kemampuan public speaking
adalah kunci utama keberhasilan karir. 3 hal harus diperhatikan dalam
public speaking, visual (58%), vocal (3%), dan verbal (7%). Bentuk
faktor visual, yang terlihat ketika orang berbicara. Tak sekadar yang
keluar dari bibir, termasuk penampilan hingga sikap. Ia menegaskan,
memahami lawan bicara dapat memudahkan untuk tahu tata bicara yang harus
ditampilkan.

Sementara itu, segi vocal dapat membantu menarik perhatian lawan bicara.
Dengan pengungkapan tepat, baik isi pembicaraan maupun intonasi suara,
tentunya lawan bicara tak mudah merasa bosan saat mendengarkan.

Faktor verbal, mencakupi isi pembicaraan yang dilontarkan, termasuk
pilihan kata dan kreativitas peyampaian pesan. Penting untuk mengenali
lingkungan audience, mulai dari lokasi, level jabatan, topik
pembicaraan, hingga tujuan akhirnya. Verbal perlu diperhatikan karena
tidak semua orang bisa menerima tata cara penyampaian kita.

LATIH & MAKSIMALKAN
Pada dasarnya, definisi publik harus dipelajari dahulu agar tak salah
kaprah. Publik kerap dikategorikan orang ?umum?, bukan siapa-siapa.
Akhirnya, akibat rasa percaya diri berlebihan, tendensi yang muncul jadi
meremehkan.

Namun, percaya diri terlalu rendah juga memberi arti lain. Publik justru
jadi sesuatu yang mengkhawatirkan atau menakutkan. Akhirnya, ketika
tampil di depan sejumlah orang, pembicara langsung gugup dan enggan
berbicara.

Komunikasi sendiri memiliki beberapa jenis, di antaranya ko­munikasi
intrapersonal (berbicara dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal
(antara dua orang), dan komunikasi grup atau ge­neral (yang dikenal
dengan public speaking). Nah, dalam berkarir, sebetulnya meski hanya
berbicara dengan dua atau tiga orang, kita sudah harus mempelajari cara
berbicara, karena situasi tersebut sudah tergolong bicara di depan ?umum?.

Bagi yang mampu, kemampuan public speaking bisa didapat dengan learning
by doing, memerhatikan dan mempelajari cara atasan kita berbicara. Tapi,
pelatihan secara khusus juga banyak memberikan manfaat. Coreta
menyatakan bahwa menggabungkan learning by doing dengan sistem pelatihan
khusus sangat efisien. Sehingga tak sekadar mencontoh dari lingkungan
sekitar, tapi betul-betul memahami teknik dan ilmunya.

Kemampuan berbicara dengan baik dalam dunia lowongan pekerjaan , jika dibarengi dengan ta­tapan mata
yang sinis tentunya akan menjadi tidak menyenangkan. Karena, inner
beauty juga berbicara. Meski tak berwajah cantik, jika gaya bicara
menyenangkan, pasti menarik untuk disimak. Dengan kemampuan public
speaking, maka pembicaraan kita akan nyambung dan sesuai dengan situasi
dan kondisi yang ada. tips Pengetahuan yang dimiliki dengan sendirinya akan
terlihat. Brain, beauty, behavior tentunya tak kalah penting, tapi
dengan public speaking, kita dapat menyesuaikan diri dalam berbicara.
Tentunya hal ini begitu berpengaruh terhadap kelangsungan karier dari lowongan.
Bayangkan saja jika ide yang ada tak mampu tersampaikan hanya karena
?demam panggung?, tentu sayang sekali